Menumbuhkan Budaya Membaca di Sekolah

WhatsApp Image 2017-10-12 at 11.01.17aaaa

Oleh : Ummu Hafidzah, S.Pd

Guru SD Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto

IMG_4989Problematika pendidikan Indonesia merupakan tanggung jawab bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik pemerintah, sekolah, lingkungan dan keluarga satu sama lainnya memiliki peran aktif dalam menumbuhkan minat baca di Indonesia. Salah satu menumbuhkan minat baca diantaranya yaitu membudayakan membaca. Membaca harus menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi peserta didik di sekolah dasar, sehingga membaca bukan sebuah hal yang membosankan dan paksaan bagi peserta didik di sekolah dasar, akan tetapi menjadi sebuah kebutuhan bagi peserta didik dan akan menjadi kebiasaan yang berkembang di lingkungan sekolah dasar.

IMG_5011Mewujudkan budaya membaca di sekolah dasar akan menjadi dasar bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu hal ini menjadi penting adanya. Pemberintah dengan Kurikulum 2013 menyuarakan gerakan literasi sekolah yang menumbuhkembangkan insan serta ekosistem pendidikan agar menjadi pembelajar sepanjang hayat melalui gerakan literasi sekolah tersebut. Literasi lebih sekedar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber dalam bentuk cetak, visual, digital dan auditori. Pemberintah telah mengupayakan agar minta baca masyarakat Indonesia menjadi baik, dengan menyuarakan gerakan literasi sekolah, salah satu dari cakupan literasi tersebut yaitu membaca yang akan ditingkatkan.

Dalam pendidikan formal, peran aktif pemegang kepentingan, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga pendidik dan pustakawan sangatlah berpengaruh dalam memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik yaitu membaca. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan budaya membaca bagi peserta didik. Untuk itu, setiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan budaya membaca. Mewujudkan budaya baca di sekolah bisa dilakukan dalam 4 cara, motivasi, terintegrasi dengan pembelajaran, sarana prasarana, dan pembiasaan. 

  1. Motivasi

Motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yang berasal dari diri peserta didik itu sendiri yaitu dorongan untuk membaca sumber-sumber belajar yang ada. Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan dari luar diri peserta didik, hal ini juga membutuhkan usaha yang sengaja diciptakan oleh lingkungan sekolah khususnya guru. John Goodlad, seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian dengan judul Behind the Classroom Doors yang hasilnya menunjukan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Hal tersebut sangat masuk akal, karena ketikan proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran guru dapat memberikan pengaruh besar diantaranya bisa memotivasi peserta didik dalam berbagai hal. Maka dari itu motivasi ekstrinsik yang diciptakan untuk mendorong peserta didik itu mau membaca dan menjadi budaya baca di sekolah sangat dipengaruhi salah satunya oleh guru.

  1. Terintegrasi dengan pembelajaran

Proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan membaca. Peserta didik dapat mengetahui materi dan informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran dengan cara membaca sumber-sumber belajar seperti buku, majalah, koran, dan media elektronik maupaun media cetak lainnya. Proses pembelajaran sehari hari hendaknya mampu mengembangkan minat baca peserta didik. Bayangkan saja setiap harinya jika peserta didik selalu dituntut untuk mencari informasi atau materi di dalam buku pelajaran dengan cara membaca, peserta didik akan terbangun budaya membacanya. Mau tidak mau mereka pasti akan membaca buku ataupun media cetak lainnya yang terkait pelajaran yang sedang mereka pelajari. Tidak hanya di dalam kelas, sesekali dalam satu minggu pembelajaran tidak dilakukan di dalam kelas saja, bisa juga dilakukan di luar kelas seperti di perpustakaan sekolah untuk mencari materi yang mendukung pelajaran mereka. Mengunjungi perpustakaan daerah yang mungkin letaknya sedikiti jauh dari sekolah yang dikemas dalam outdoor study bisa juga menjadi alternatif lain dalam mengembangkan budaya baca di sekolah. Melihat serunya perjalanan menuju ke perpustakaan dareah peserta didik menjadi bersemangat dan antusias. Kebermaknaan dalam outdoor study ke perpustakaan daerah ini juga yang bisa menjadikan peserta didik menjadi bersemangat membaca.

  1. Sarana prasarana

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 soal Standar Sarana dan Prasarana, diantaranya mengatur beberapa hal yaitu setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang penididik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unti produksi, ruang kantin, ruang instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran ytang teratur dan berkelanjutan. Ruang yang menyimpat berbagai macam sumber belajar yaitu perpustakaan. Perpustakaan yang ramah anak memang diperlukan khususnya di sekolah dasar. Pengembangan lingkungan fisik sekolah untuk menumbuhkan budaya baca di sekolah dasar memang sangat perlu adanya, sepertihalnya bila sudah ada perpustakaan sekolah, kembangkan lagi dengan sudut bacaan atau pojok baca di setiap kelas yang menyediakan buku-buku pelajaran maupun non pelajaran di dalamnya. Sudut baca sangatlah mempengaruhi budaya baca peserta didik di sekolah. Selain ada perpustakaan yang bisa dikunjungi peserta didik kapanpun mereka mau, di dalam kelaspun saat istirahat peserta didik bisa membaca buku-buku yang tersedia. Tak perlu banyak buku, asalkan peserta didik mau mengunjungi pojok bacaan tersebut dan memilih buku kemudian membaca buku tersebut, itu sudah memberikan dampak positif dalam usaha menumbuhkan budaya baca di sekolah.

  1. Pembiasaan

Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No.23 tahun 2015). Membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai dengan membaca nyaring dan/atau membaca dalam hati, dilakukan sebagai upaya pembiasaan peserta didik dalam membaca. Membaca dalam hati berkelanjutan bertujuan untuk membangun kebiasaan membaca, misalnya berkonsentrasi, meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan. Selain itu membaca nyaring merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang baik. Strategi ini efektif untuk menyampaikan ide-ide literasi yang baik kepada peserta didik (Trelease, 2013). Pembiasaan pembiasaan tersebut dilakukan secara berulang dan tanpa disadari peserta didik, lama kelamaan akan menumbuhkan budaya baca di sekolah.

IMG_5001Menumbuhkan budaya baca di di Indonesia tidaklah mudah. Harus ada kerjasama antar komponen di dalamnya, baik pemerintah, sebagai pembuatat kebijakan, pihak sekolah yang diwakilkan oleh kepala sekolah dan guru yang menjadi implementator dari kebijakan yang ada, serta pelaku-pelaku pendidikan yang harus bekerjasama dan mengambil peran aktif demi terwujudnya kualitas pendidikan yang baik serta bisa bersaing di era global ini.

 

Share to

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published.