Optimalisasi Pembelajaran E-Learning di Sekolah
Oleh : Siti Puji Yunianti
Waka SD Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto
Saat ini dunia sudah menunjukkan perubahan yang demikian besar dan cepat. Adopsi dan adaptasi masyarakat terhadap teknologi menjadi semakin tidak terelakkan. Kehidupan manusia menjadi sangat tergantung kepada peran teknologi. Teknologi membuat masyarakat semakin mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi pada skala yang lebih luas dan dalam waktu yang lebih singkat. Ibarat oksigen, manusia tidak bisa lepas dari peran teknologi untuk menopang kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu kita harus mengakui bahwa peran teknologi demikian penting di dalam menunjang aktivitas keseharian seorang manusia.
Gelombang perubahan yang dibawa teknologi saat ini pelan-pelan merambah dunia pendidikan. Kita bisa merasakan pergeseran budaya belajar mengajar di sekolah yang mengubah pola pembelajaran. Kita yang pernah menjadi murid tentu akan merasakan perubahan budaya tersebut. Tempo dulu kita terbiasa melihat guru mengajar dengan kapur dan papan tulis, sedangkan saat ini kita bisa menyaksikan penggunaan LCD proyektor. Dulu kita menggunakan buku teks untuk belajar, saat ini kita dapat dengan mudah mengunduh E-Book dari internet. Dulu setelah kita mengerjakan tugas kita kumpulkan langsung kepada guru, dengan adanya internet dapat kita kirimkan lewat E-mail.
Pendidikan berbasis teknologi tentu sangat dibutuhkan dan harus dilakukan secara berjenjang untuk mengantisipasi terhadap pola perubahan dalam proses pembelajaran. Garda terdepan agar anak-anak siap menghadapi proses perubahan tersebut adalah pada tataran pendidikan dasar. Saat ini peserta didik sekolah dasar merupakan generasi digital, hal ini ditandai dengan interaksi yang demikian intens dengan aplikasi teknologi terkini. Penggunaan gawai serta aktivitas di media sosial juga menjadi salah satu bukti bahwa saat ini telah terjadi pergeseran pola interaksi “dunia nyata” ke “ruang maya”. Sehingga, seharusnya seorang guru mampu menangkap fenomena ini dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi lebih interaktif dengan memanfaatkan perangkat maupun aplikasi untuk mendukung proses pembelajaran. Kalau seorang guru tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi maka ruang kelas akan ditinggalkan oleh anak-anak, yang saat ini dibanjiri dengan berbagai macam informasi yang dapat dengan mudah mereka dapatkan di internet. Model pembelajaran “chalk and talk” yang diperagakan guru akan dimaknai sebagai cara yang ketinggalan zaman untuk mentransfer pengetahuan kepada anak didik. E-learning (Elektronik Learning) saat ini menjadi salah satu pembelajaran alternatif yang dapat dipergunakan oleh seorang pendidik untuk menarik minat anak didik di proses pembelajaran. Konten yang lebih atraktif dan interaktif serta media yang bersifat multisensori akan mendorong anak-anak merasakan kebermaknaan di proses pembelajaran yang mereka alami.
Pembelajaran berbasis E-learning di pendidikan dasar dapat memanfaatkan berbagai macam perangkat elektronik seperti media audio visual baik yang tersedia di internet maupun diproduksi sendiri. Sekolah dapat menjadikan sumber belajar tersebut sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan ketertarikan anak-anak dengan materi ajar. Sebagai sebuah contoh yaitu pelajaran matematika. Konsep yang diajarkan oleh guru selama ini cenderung abstrak, sedangkan peserta didik sekolah dasar masih dalam tingkatan operasional konkret, maka guru dapat berperan untuk merancang pembelajaran berbasis multimedia yang dapat dipergunakan untuk menjembatani pengetahuan peserta didik akan sebuah konsep yang tidak hanya mengungkapkan sisi teoritis sebuah materi akan tetapi dapat dengan mudah di praktekkan dan difahami oleh peserta didik. Contoh lain yaitu pada pembelajaran geografi tentang letak sebuah negara.
Peserta didik juga dapat dengan mudah diterangkan kepada peserta didik menggunakan aplikasi seperti google map atau google earth. Cara lain yang saat ini cukup populer adalah dengan memanfaatan media berbagi seperti video blog untuk mengunggah materi-materi yang berkaitan dengan pelajaran yang dapat dibuat oleh guru maupun oleh peserta didik sehingga mereka tidak hanya melihat akan tetapi ikut terlibat didalamnya. Mereka akan melihat diri sendiri bermain peran, menghitung, menulis, membaca, bercerita dan memecahkan sebuah permasalahan yang kemudian mereka unggah di youtube atau sosial media sehingga lebih menarik dan mudah diingat oleh peserta didik. Saat ini juga banyak terdapat situs-situs E-learning yang menyediakan materi ajar yang cukup lengkap untuk peserta didik sekolah dasar yang dapat dipergunakan sebagai materi pengayaan atau suplemen dari pelajaran sekolah yang terdapat di kurikulum. Hal ini menandakan bahwa sumber belajar yang bersumber dari internet maupun media elektronik lainnya dapat berfungsi sebagai cara efektif untuk mengatasi kejenuhan anak di kelas. Setiap harinya peserta didik tidak hanya disuguhi oleh komunikasi verbal seorang guru saja, tetapi juga dengan menyuguhkan media yang mendukung keseluruhan modalitas belajar baik visual, auditori maupun kinestetik.
Penerapan E-learning merupakan sebuah konsekuensi perubahan zaman yang harus dijalani, yang kemudian menjadi perhatian adalah bagaimana cara untuk menerapkan hal tersebut di ruang kelas. Ada beberapa point penting yang seharusnya menjadi perhatian pendidik ketika ingin mengintegrasikan E-learning di ruang kelas. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah tingkat kepentingan dari penggunaan alat pembelajaran berbasis teknologi, karena tujuan utama pembelajaran adalah untuk membuat peserta didik senang belajar dan mampu belajar secara mandiri yang akan mendorong mereka menjadi “life-long learners”. Oleh karena itu perlu difikirkan untuk membuat perencanaan dan aktivitas yang membuat peserta didik gembira dan menyukai pelajaran yang diberikan. Yang kedua, teknologi E-learning harus disesuaikan dengan kurikulum serta kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Sehingga guru harus mampu memilih dan memilah bahan serta peralatan yang tepat yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar yang didukung oleh penggunaan teknologi tersebut. Kemudian guru sebagai fasilitator harus mampu menciptakan pembelajaran yang bersifat kooperatif dan konstruktif serta menekankan kepada dasar-dasar berfikir ilmiah kepada peserta didik. Fokus utama pendidikan saat ini adalah proses belajar bukan kepada teknologi. Segala sarana serta prasarana tersebut merupakan sebuah cara untuk membuat anak didik lebih tertarik, dan termotivasi untuk membangun sikap belajar yang lebih baik. Sebagai seorang guru kita harus secara berkesinambungan belajar, menerapkan, memperbaiki, dan secara efektif mengintegrasikan teknologi untuk memperkaya dan memperluas jangkauan kurikulum serta untuk mendorong dan mengakselerasi berbagai tipe pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang anak didik sehingga mampu menjadi pribadi yang lebih kreatif dan innovatif .
Terakhir sebagai penutup, mengutip pernyataan David Warlick “We need technology in every classroom and in every student and teacher’s hand, because it is the pen and paper of our time, and it is the lens through which we experience much of our world.” (kita membutuhkan teknologi di setiap kelas dan di setiap tangan peserta didik dan guru, karena ini merupakan pena dan kertas pada zaman kita, dan inilah lensa yang melaluinya kita mengalami banyak hal di dunia kita).